Di era modern seperti saat ini, semakin banyak orang yang tertarik menjadi seorang pengusaha. Ilmu , kemauan, serta ketekunan merupakan modal awal yang kita perlukan untuk mulai merintis bisnis kita sendiri. Ditambah dengan perkembangan teknologi, memulai sebuah bisnis jadi lebih mudah. Begitupun bagi para tunanetra. Hingga saat ini, sudah ada lho beberapa tunanetra yang menjalankan bisnisnya sendiri. KawanPertuni mau menjajal dunia wirausaha juga? Nah, kalau begitu sosok berikut ini bisa jadi panutan kamu, nih!
Aryani Sri Ramadhani atau yang lebih sering di sapa Yani, memilih bidang bisnis sebagai jalan yang ia pilih untuk bisa bermanfaat bagi sesama. Pengelihatan yang sudah tak lagi berfungsi, rupanya tak mampu menyurutkan semangat Yani dalam membangun bisnisnya sendiri. Berbagai macam bentuk usaha telah coba Yani jajaki. Jatuh bangun pun sudah ia lalui. Tak mudah memang. Kegagalan juga pernah ia alami. Tapi bagi sulung dari empat bersaudara ini, kunci dari sebuah kesuksesan adalah tak pernah Lelah berusaha dan terus belajar. Hal ini Yani lakukan juga atas dukungan orang terdekat serta untuk membantu kedua orang tua dan keluarganya.
Baca juga: 3 Keuntungan Bisnis Online Dropship, Tunanetra Wajib Coba
Membangun Bisnis Kuliner Ayam Geprek Petukangan
Bukan hanya hobi makan dan memasak, Yani juga adalah orang yang suka belajar. Dari semua kegemarannya itu, ia belajar bagaimana mengolah ayam goreng, makanan favoritnya sebagai sebuah masakan yang enak—sambal mencoba membangun usaha. Sampai pada suatu Ketika, Yani memiliki ide untuk membuka usaha ayam geprek karena sedang buming di masyarakat. Berbekal ilmu yang telah ia pelajari di tempat kursus memasak serta dukungan dari keluarga, akhirnya dimulailah usaha Ayam Geprek Petukangan. Berkat kegigihan Yani dalam menjalankan usahanya ini, hingga sekarang ia sudah berhasil mendirikan dua cabang dari kedai Ayam Geprek Petukangan.
“nama Petukangan ini di pilih karena ingin memberikan ciri khas dimasyarakat, bahwa daerah Petukangan juga memiliki kuliner yang enak dan tidak kalah dengan kuliner lainnya,” begitu jelas Wanita yang juga seorang mahasiswi jurusahn managemen di Universitas Pamulang ini. Dalam menjalankan usaha ayam gepreknya ini, Yani juga tak berhenti dalam melakukan inofasi terhadap produknya. Ia sering memesan ayam geprek di berbagai tempat untuk membandingkan dengan ayam gepreknya. “aku tidak mengganggap kalau para penjual ayam geprek itu saingan tetapi aku menjadikan produk mereka acuan untuk kemajuan usaha yang sedang akujalani.”.
Komunitas dan Kedai Kopi “Blind Coffee & Special Tea”
Bukan hanya mengelola bisnis ayam geprek, Yani juga memiliki kedai kopi yang ia kelola Bersama ketiga temanya yang juga tunanetra. Berlandaskan kegemarannya untuk belajar sesuatu yang baru serta dukungan dari teman-temanya, membuat Yani mendirikan komunitas dan kedai “Blind Coffee & Special Tea” di awal tahun 2020. “awalnya kita ikut pelatihan membuat kopi sama teman-teman tunanetra lainnya. Karena nggak mau ilmunya sia-sia begitu saja setelah pelatihan, akhirnya aku ngajak beberapa teman buat bangun komunitas dan kedai Blind Cofffee & Special Tea,” ujarnya.
Yani dan teman-temannya memiliki selera tersendiri dalam meracik kopi. Ia harap dengan beragamnya selera dirinya dan teman-temannya ini bisa saling melengkapi satu sama lain. Selain hamper keseluruhan pengracik kopi ini adalah tunanetra, ada sesuatu yang menjadi keunikan kkedai kopi yang berlokasi di sekitar Museum Bank Indonesia ini. Saat ada event tertentu, setelah memesan dan membayar pengunjung akan diajak berkeliling museum dengan cara diberi penutup mata serta dipandu oleh salah seorang tunanetra. Ide ini muncul untuk menarik pelanggan serta memberikan kesan kepada pengunjung untuk menikmati bagaimana sensasi berjalan-jalan serta menikmati makanan dan minuman sebagai seorang tunanetra.
Berbagi ilmu dan Pengalaman Lewat DPD Pertuni DKI Jakarta
Menjadi sukses tak lantas membuat perempuan yang juga merupakan pengurus organisasi persatuan tunanetra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta pada biro pemberdayaan perempuan ini melupakan tanggungjawabnya. Ia juga turut membagikan ilmu serta pengalaman dalam berbisnis kepada perempuan tunanetra melalui berbagai pelatihan ekonomi kreatif Bersama Pertuni. Mengajarkan bagaimana membuat kue kering, bolu, castangle, serta berbagai masakan lainnya ia lakukan agar perempuan tunanetra bisa mengali potensi serta menunjukan kepada masyarakat bahwa perempuan tunanetra juga bisa memasak. Selain itu, Yani juga berharap pelatihan ini bisa berdampak bagi perekonomian mereka.
Semenjak bergabung di DPD Pertuni DKI Jakarta sekitar 4 tahun silam, sudah banyak kegiatan yang Yani lakukan dengan melibatkan perempuan tunanetra. Melalui lomba memasak yang diselenggarakan saat momen hari ibu di tahun 2018, Yani ingin ilmu yang diberikan selama pelatihan bisa mereka terapkan sebagai ajang uji kemampuan sebelum terjun langsung ke dunia bisnis kuliner. Bisa berdampak positif bagi sesama merupakan hal yang membuat Yani menikmati peranya sebagai pengurus Biro Pemberdayaan Perempuan DPD Pertuni DKI Jakarta. “Karena Pertuni sudah banyak memberikan hal -hal yang positif di kehidupanku, aku juga harus meneladani apa yang Pertuni lakukan. Caranya adalah dengan membagikan ilmu yang aku punya kepada teman-teman di Pertuni,” jelas Yani.
Menurut Yani, tantangan terbesarnya selama menjadi pengurus DPD Pertuni DKI Jakarta adalah datangnya Pandemi Covid-19. Yani menjelaskan, bahwa selama pandemi hanya ada pelatihan membuat beberapa jamu secara online Bersama orang awas yang bisa diadakan agar teman-teman tunanetra bisa tetap berinteraksi dengan masyarakat, serta untuk terus mengasah ilmu dan mengobati kerinduan berkegiatan Bersama. Ia berharap di akhir masa kepengurusannya ini, kegiatan-kegiatan yang bisa berdampak bagi ekonomi perempuan tunanetra bisa terus ada dan diselenggarakan, entah siapapun nantinya yang akan mendapatkan tanggungjawab sebagai pengurus selanjutnya.
Baca juga: Ariani Soekanwo: Berawal dari Pertuni, Konsisten Perjuangkan Hak Penyandang Disabilitas Hingga Kini
Yani punya segudang impian dan harapan, baik untuk bisnisnya maupun untuk tunanetra di Indonesia. Perempuan yang mengidolakan Sandiaga Uno ini berharap bisa memiliki pemikiran yang out of the box dalam menjalankan bisnisnya agar semakin maju. Ia pun berharap perempuan tunanetra yang ingin menjadi seorang pebisnis tidak pernah berhenti untuk belajar dan terus berusaha mencapai apa yang diharapkan. Yani percaya, bahwa tuhan selalu punya cara untuk menolong orang yang mau terus belajar dan berusaha.
*Henokh Bagus Wijaya
Kontributor Semarang