19/9. International Council Of Education For People With Visual Impairment (ICEVI) wilayah Asia Timur kembali menyelenggarakan konferensi regional. Bertindak sebagai tuan rumah adalah ICEVI Indonesia, Sebagaimana sebelumnya di tahun 2015 saat konferensi dilaksanakan di Indonesia. Event regional yang dilaksanakan sekali dalam empat tahun ini dilaksanakan di Hotal Royal Ambarukmo Yogyakarta, mulai tanggal 18 hingga 21 September. Kali ini, tema yang dipilih adalah “Reasonable Accomodation and Accessibility in Education for Students With Visual Impairment” – (akomodasi yang layak/penyesuaian yang tepat dan aksessibilitas untuk pendidikan siswa tunanetra). Direktur Jeneral Paud, Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Iwan Syahril, dijadwalkan membuka konferensi tersebut. Hadir kurang lebih 200 peserta dan pembicara dari 10 negara, tidak hanya dari kawasan Asia Timur, juga dari Australia, India, Swis, serta Amerika.
Akselerasi akses dan kualitas pendidikan tunanetra di seluruh dunia merupakan perjuangan utama ICEVI, termasuk ICEVI yang ada di kawasan Asia Timur, di mana Indonesia ada di dalamnya. Sebagaimana dimandatkan oleh Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (United Nation Convention On The Rights Of Persons With Disabilities UN CRPD), untuk memenuhi hak penyandang disabilitas, termasuk hak di bidang pendidikan, hambatan yang ada harus dihilangkan, baik hambatan sikap maupun hambatan yang ada di lingkungan. Pemenuhan Akomodasi yang Layak (Reasonable Accomodation) dan Aksessibilitas (accessibility) merupakan kunci untuk menghapuskan dua hambatan tersebut.
Reasonable Accomodation (akomodasi yang layak) adalah penyesuaian yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi penuh siswa tunanetra dalam menempuh pendidikan berkualitas; sedangkan aksessibilitas adalah kemudahan yang disediakan baik dari aspek hardware maupun software, untuk memungkinkan siswa tunanetra mendapatkan pendidikan berkualitas.
“Pemenuhan reasonalbe accomodation dan accessibility ini diharuskan, karena siswa penyandang disabilitas termasuk siswa tunanetra, baik dengan disabilitas tunggal, ganda maupun multi, memiliki kebutuhan khusus; dan kebutuhan khusus tersebut harus dipenuhi oleh sistem pendidikan di semua negara di dunia, yang implementasinya dilakukan oleh para pemangku peran terkait, tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah, lembaga penyedia layanan pendukung pendidikan siswa penyandang disabilitas, orang tua, lembaga penyedia layanan habilitasi dan rehabilitasi, serta unit-unit terkait lainnya yang ada di masyarakat”, ungkap Aria Indrawati, tunanetra asal Indonesia yang juga Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia, yang saat ini menjadi Regional Presiden ICEVI Asia Timur periode 2021-2024.
Hingga kini, terutama di negara-negara sedang berkembang, termasuk yang ada di kawasan Asia Timur, penyediaan Reasonable Accomodation dan Accessibility masih menjadi tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan masih adanya dua hambatan sebagaimana tersebut di atas, yaitu hambatan sikap dan hambatan lingkungan, pembuat kebijakan baik di tingkat nasional maupun daerah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua, unit layanan pendukung, serta masyarakat, belum membangun sistem pendukung yang komprehensif.
Namun, di sisi lain, telah banyak ihtiar yang dilakukan oleh praktisi pendidikan siswa tunanetra yang ada di masyarakat, yang terbukti efektif dalam menyediakan reasonable accomodation dan accessibility, sehingga siswa tunanetra dapat terpenuhi hak mereka mendapatkan pendidikan berkualitas secara maksimal, tumbuh menjadi sumber daya manusia mandiri, cerdas dan dapat berkarya di masyarakat secara inklusif.
Konferensi regional ini menjadi ajang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta menjadi momentum para pemangku peran di bidang pendidikan siswa tunanetra untuk belajar. Sehingga, saat mereka kembali ke negara masing-masing, kembali bekerja, mereka telah mendapatkan pengetahuan baru yang mereka pelajari dari konferensi ini, untuk diterapkan dengan penyesuaian yang diperlukan.
Sesi-sesi diskusi akan dibagi menjadi dua format. Sesi pleno, dilaksanakan pagi hari hingga menjelang istirahat makan siang, akan membahas topik-topik yang bersifat lebih umum, dan diikuti oleh seluruh peserta. Sesi concurrent, dilaksanakan siang hari, membahas topik-topik yang lebih teknis, terkait pendidikan siswa tunanetra, baik dengan disabilitas tunggal, ganda maupun multi. Para pembicara pun berasal dari kalangan yang beragam. Ahli dan pengembang teknologi pendukung pendidikan tunanetra, wakil dari organisasi/asosiasi tunanetra dari beberapa negara, generasi muda tunanetra yang telah berdaya dan berkarya di masyarakat, organisasi orang tua yang memiliki anak tunanetra, praktisi pendidikan siswa tunanetra, dan lain-lain.
Konferensi ini juga akan menampilkan generasi muda tunanetra sebagai hasil dari sistem pendidikan yang mereka ikuti. Kita semua perlu mendengar pandangan mereka, apakah sistem dan metode pendidikan tunanetra yang dikembangkan selama ini cukup efektif menurut mereka; Jika belum, apa lagi yang harus dilakukan. Pandangan mereka penting untuk didengar, karena mereka adalah pemangku peran penting dalam ihtiar meningkatkan akses dan kualitas pendidikan tunanetra ini.
Tidak hanya itu, konferensi juga akan menampilkan pembicara dari perusahaan yang telah mempekerjakan generasi muda tunanetra berpendidikan tinggi. Kita juga perlu mendengar harapan dan pandangan perusahaan, yang kita harapkan merekrut generasi muda tunanetra paska mereka menyelesaikan pendidikan. Harapan dan pandangan tersebut diharapkan dapat membantu menyempurnakan sistem pendidikan untuk tunanetra, baik pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi, sehingga generasi muda tunanetra yang telah menyelesaikan pendidikan dapat lebih siap bekerja secara inklusif di masyarakat.
“Kami bersyukur dan bangga, karena Indonesia kembali dipercaya untuk menjadi tuan rumah konferensi regional ICEVI Asia Timur. Kali ini kami memilih Yogyakarta sebagai tempat konferensi, setelah sebelumnya di tahun 2015 kami laksanakan di Bali. Saya berharap peserta dapat mengambil manfaat semaksimal mungkin dari konferensi ini; Serta dapat menikmati suasana Yogyakarta dan sekitarnya. ICEVI Indonesia berharap turut berperan mempromosikan pariwisata Yogyakarta melalui penyelenggaraan konferensi regional ini”, jelas Sri Sudarsono, Ketua ICEVI Indonesia. Dalam menyelenggarakan konferensi ini, ICEVI Indonesia bekerja sama dengan Universitas Negeri Yogyakarta dan Yakum Yogya, serta didukung oleh pelbagai pemangku peran terkait dan para partner/sponsor dari dalam dan luar negeri.
Event regional sekali dalam empat tahun ini akan melahirkan resolusi yang disepakati bersama oleh seluruh peserta. Resolusi ini dapat dijadikan “alat” untuk memberikan masukan kepada pemerintah negara masing-masing, agar membangun sistem pemenuhan reasonable accomodatian dan accessibility yang lebih komprehensif, agar siswa tunanetra dapat memperoleh akses ke ke pendidikan yang berkualitas semaksimal mungkin.
Turut hadir pula mendukung pelaksanaan konferensi ini Presiden ICEVI Global, Frances Gentle, akademisi serta ahli pendidikan anak penyandang disabilitas usia dini asal Australia, serta M.N.G. Mani, CEO ICEVI, ahli pembelajran matematika siswa tunanetra asal India.
Untuk mengenal lebih jauh tentang ICEVI, silakan kunjungi www.icevi.org.
Untuk menindaklanjuti siran pers ini, nara hubung adalah: Aria Indrawati, Regional President ICEVI Asia Timur, 081219724433; Riksma Nurahmi Rinalti, Sekretaris ICEVI Indonesia, 08112324789.