– Merekrut Karyawan Tunanetra, Mengapa Tidak!

Pertemuan Koordinator Program Higher Education dengan CEO Think.Web, Ramya Prajna

Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan pertemuan regional  Koordinator Program Higher Education ICEVI The Nippon Foundation, pada hari ketiga  4 Agustus, DPP pertuni membawa seluruh delegasi berkunjung ke lembaga yang telah merekrut karyawan tunanetra. Dua  yang dipilih  adalah Think.Web dan Unicef Indonesia.

Think.Web dipilih, karena perusahaan ini menerima dua karyawan tunanetra dengan cara yang unik, yang menurut catatan DPP Pertuni belum pernah dilakukan  sebelumnya oleh perusahaan lain. Hal unik yang dilakukan Think.Web itu justru, yang seharusnya dilakukan oleh pemberi kerja (employer).  Interaksi Ramya Prajna, yang biasa dipanggil Rama, CEO Think.Web dengan tunanetra berawal dari kegiatan “bioskop bisik” yang perusahaan ini selenggarakan untuk tunanetra. Dari interaksi tersebut, yang kemudian berdampak pada kesediaan Rama menerima mahasiswa tunanetra menjalani program magang kerja di perusahaannya, berbuah pada niat memberikan kesempatan pada tunanetra bekerja di perusahaan tersebut. Pada tahun 2016, Think.Web menerima Mohammad Reza Akbar (Ega), sosok yang baru menjadi tunanetra diusia dewasa akibat stroke   mata; Kemudian ditahun 2017, perusahaan yang bergerak di bidang digital branding ini menerima Hadianti Ramadhani (Dani). Keduanya direkrut sebagai “content writer”.

Baca juga: Peluncuran Buku /”Transition to Employment”: Sebuah Referensi untuk Mengembangkan Pasar Kerja yang Inklusif

“Merekrut karyawan tunanetra, mengapa tidak”, begitulah statement yang ia sampaikan, saat M.N.G. Mani, CEO ICEVI bertanya mengapa Think.Web mau merekrut karyawan tunanetra. Bagi Rama, merekrut karyawan tunanetra berarti memberikan kesempatan pada mereka; Jadi bukan sekedar “membantu”. Jika Untuk membantu orang lain,  Rama mengatakan ia memiliki  lebih  banyak     pilihan. Dengan memberikan kesempatan pada tunanetra bekerja di Think.Web, Rama, sebagai pelaku bisnis juga tidak mau kehilangan kesempatan; Yaitu kesempatan jika mungkin karyawan tunanetra yang bekerja dengannya dapat mendatangkan keuntungan bagi bisnis yang ia bangun. Di sisi lain, dengan memberikan kesempatan pada tunanetra bekerja di Think.Web, berarti perusahaan ini telah berperan “memberdayakan tunanetra”.

Baca Juga:  Hak Penyandang Disabilitas dan Pengabaian Kewajiban Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Terhadap Amanat Pasal 4 Ayat 3 CRPD

Apa yang Rama uraikan itu memang benar-benar terjadi. Perusahaan yang menyediakan jasa digital branding dan digital marketing bagi klien mereka ini belajar dengan penuh kesungguhan, untuk memungkinkan karyawan tunanetra dapat berperan di dalamnya. Akomodasi yang layak (reasonable accomodation) dan aksessibilitas adalah dua kunci keberhasilannya. Dua karyawan tunanetra yang bergabung di perusahaannya tidak sekedar direkrut, namun juga diberi kesempatan untuk membangun karir. Ega, yang telah berkarir di Think.Web selama enam tahun, kini telah dipercaya memimpin devisi “engagement”.

    Perjalanan I Made Wikandana, biasa disapa Wikan hingga berada di Unicef Indonesia tak kalah spesial. Sejak menjadi mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang, Wikan telah memimpikan berkarir di lembaga-lembaga internasional, termasuk lembaga di bawah naungan PBB. Namun, saat ia mencari informasi di internet, apakah sudah ada tunanetra Indonesia berkarir di lembaga UN, ia tidak menemukan seorang pun. Saat Wikan mengikuti Pre Employment Soft Skill Training yang diselenggarakan DPP Pertuni tahun 2017, kala itu ia semester 3, pada sesi simulasi wawancara dengan Ketua Umum Pertuni, ia telah menyampaikan impian itu. Wikan pun telah membekali dirinya dengan kemampuan berbahasa Inggris yang andal. Setelah   ia menyelesaikan studi, dan kesempatan itu tiba,   Wikan tidak menyia-nyiakannya. Pada pertengahan 2021, Unicef Indonesia membuka peluang kerja untuk posisi “disability inclusion officer”, yang diprioritaskan hanya untuk penyandang disabilitas. Wikan menjadi salah satu pelamar, dan ia pun diterima.

Baca Juga: I Made Wikandana, Raih Segudang Pengalaman Lewat WBU-AP Leadership Training

Sebagai lembaga internasional yang berkomitmen menerapkan prinsip inklusi pada penyandang disabilitas, Unicef Indonesia pun menyediakan akomodasi layak dan aksessibilitas yang Wikan butuhkan. Mulai dari tempat tinggal, hingga fasilitas bekerja di kantor.

Baca Juga:  Profil dan Visi Misi Bakal Calon Ketua Umum dan Ketua Dewaspus Pertuni Masa Bakti 2024-2029

Bagi Pertuni, Rama dan Wikan adalah duta. Rama adalah duta,  mewakili pemilik perusahaan yang memiliki dan meyakini nilai-nilai pemberdayaan dan pemberian kesempatan. Ia merekrut tunanetra bukan karena ada kewajiban Undang-Undang; Ia melakukannya karena nilai-nilai mulia yang diyakininya; Memberikan kesempatan   dan memberdayakan. Sedangkan Wikan, menjadi duta sebagai sosok tunanetra yang tahu apa yang harus dilakukan untuk menyiapkan diri memasuki dunia kerja, dan membangun diri sebagai karyawan dengan penuh kesungguhan saat diterima bekerja. Dua duta ini diharapkan dapat  menjadi referensi.  Wikan menjadi referensi untuk sesama generasi muda tunanetra; Rama menjadi referensi untuk sesama pemberi kerja, sesama pelaku bisnis.

*Aria Indrawati   

Bagikan ke yang lain

About Author

Back to top