“DPP Pertuni sangat concern pada diversifikasi program studi atau keragaman program studi yang dipilih tunanetra ketika menempuh pendidikkan tinggi,” ujar Aria Indrawati, Ketua Umum Pertuni, menungkap alasannya menyelenggarakan Dialog Persiapan Memasuki Perguruan Tinggi untuk Siswa Tunanetra. Kegiatan ini telah berlangsung beberapa kali sepanjang tahun 2021. Dialog Persiapan Memasuki Perguruan Tinggi sendiri merupakan sebuah program yang diusung oleh DPP Pertuni guna memberikan wawasan pada siswa sekolah menengah atas (SMA) tunanetra di Indonesia, tentang berbagai jurusan dan program studi yang bisa mereka pilih, serta potensi karier yang dapat dirintis.
Aria yang telah lebih dari 2 dekade berkiprah di oorganisasi penyandang tunanetra, merasa ada begitu banyak generasi muda tunanetra Indonesia yang mengambil jurusan di bidang pendidikkan. Akan tetapi, pemilihan program studi pendidikan ini umumnya bukan karena keinginan atau minat yang datang dari diri tunanetra pribadi. Ia merasa bahwa tidak ada siknifikansi perkembangan sebagian besar tunanetra ketika masih mengambil program studi yang terkait dengan pendidikkan, khususnya Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Baca juga: Perdana, DPP Pertuni Sukses Selenggarakan Content Writing Training untuk Mahasiswa Tunanetra
“Saya khawatir, ini adalah bentuk stigmatisasi berikutnya setelah sebelumnya, stigma yang ditempelkan pada tunanetra bahwa tunanetra hanya bisa bekerja sebagai pemijat,” ungkap Aria. Itulah sebabnya, DPP pertuni memandang perlu untuk melakukan intervensi dengan memberikan wawasan kepada siswa SMA tunanetra di seluruh Indonesia, kalau-kalau mereka memang belum paham bahwa ada banyak program studi yang bisa ditempuh oleh tunanetra.
Program Dialog Persiapan Memasuki Perguruan Tinggi ini menghadirkan beberapa narasumber yang tengah menempuh pendidikkan maupun yang sudah lulus perguruan tinggi. latar belakang pendidikan para narasumber pun berasal dari berbagai jjurusan kuliah yang cukup beragam, dan tentu saja memungkinkan untuk para tunanetra menempuh jurusan tersebut. Dalam sesi Dialog Persiapan Memasuki Perguruan Tinggi pada 4 Desember 2021, topik yang diangkat adalah jurusan ilmu komunikasi yang menghadirkan 2 orang narasumber. Selain Juwita Maulida, S.I.K, Perempuan tunanetra sarjana Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relations, hadir pula Amin Shabana, S.Sos, M.Si, Dosen ilmu komunikasi. Keduanya merupakan alumni dan dosen dari universitas Muhammadiyah Jakarta. Dialog tersebut membawa berbagai hal menyoal jurusan ilmu komunikasi, seperti apa saja yang dipelajari ketika berkuliah di jurusan tersebutt; apa saja mata kuliah yang didapat; serta bagaimana caranya menghadapi tantangan di masa perkuliahan.
Di jjurusan ilmu komunikasi, kita sebenarnya belajar apa saja, sih? Amin Shabana menjelaskan bahwa ada banyak hal yang bisa dipelajari di ilmu komunikasi. “Kalau kita ingat dengan terminology komunikasi. Itu artinya bagaimana kita berinteraksi sebagai makhluk social. kita nggak bisa hidup sendiri, kan? Jadi, kita pasti akan berinteraksi. Berinteraksi, berarti kita butuh medium untuk bisa kita gunakan agar interaksi tersebut berjalan dengan baik. Nah, medium tersebut adalah komunikasi.” tuturnya.
Juwita sendiri mengaku bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi ketika mengikuti perkuliahan Ilmu Komunikasi, salah satunya adalah mata kuliah fotografi. “Pas tahu kalo semester depan ada mata kuliah fotografi, udah mulai ancang-ancang, tuh. Langssung komunikasi sama dosennya.” ujarnya.
Baca juga: Merdeka Belajar untuk Mahasiswa Penyandang Disabilitas
Juwita juga menjelaskan bagaimana dia berkomunikasi dengan dosen karena ia memiliki hambatan visual. Namun, ia juga menawarkan pada sang dosen, bagaimana agar dia tetap dianggap hadir mengikuti kelas dan mendapatkan nilai meski tidak dapat mengikuti praktik fotografi. Perempuan asal Bojonegoro itu menuturkan bahwa mata kuliah fotografinya diganti dengan mengerjjakan tugas pengganti, yakni membuat makalah dengan tema-tema fotografi.
Di akhir sesi, Aria berpesan pada anak-anak yang hendak memasuki perguruan tinggi. Ia mengatakan bahwa menempuh perguruan tinggi itu berbeda dengan ketika bersekolah. “Jadi, dibutuhkan keaktifan kalian sebagai mahasiswa. Itu harus diperhatikan dari sekarang. Hasil itu nanti belakangan, yang penting kalian berusaha dulu.” Ujarnya. “Nah, untuk kalian di kelas sepuluh, sebelas duabelas, gunakanlah waktu kalian untuk mendapatkan banyak informasi yang positif, yang berguna untuk masa depan kalian.” tandasnya.
*Ni Komang Yuni Lestari, Kontributor Gianyar, Bali
Editor: Juwita Maulida